Rene Suhardono – Sang Provokator Yang Terobsesi dengan People Passion Perfomance

Inilah sosok yang berhasil mengajak generasi muda dengan provokasinya, untuk membuka pandangannya bahwa doktrin soal karir peninggalan jaman bahuela tak lagi relevan. “Masih mau mengerjakan pekerjaan yang tak sesuai kata hati?” Tanyanya kepada ratusan eksekutif BPR Lestari dalam gelaran Sales Conference beberapa waktu lalu. Cita-cita menjadi dokter, arsitek, atau pilot adalah “Indonesia Dream” tahun 80-an, yang sayangnya tak lekang oleh waktu hingga sekarang. Persoalannya, cara kerja dunia telah berubah telah berubah jauh dengan berbagai teknologinya, yang menciptakan peluang-peluang baru yang bisa diburu para generasi sekarang, dan sesuai dengan kata hati mereka, namun justru masih banyak yang terbelenggu oleh cara pandang lama dan akhirnya gagal menunjukkan performa mereka sebenarnya.

Inilah isu besar yang menjadi perhatiannya, sebagaimana dituliskan Rene dalam statusnya di Twitter, pria kelahiran Jakarta, 8 Juli 1972 ini kerap menunjukkan perhatiannya pada people passion perfomance. Tak mengenal kata lelah untuk berbagi kisah inspiratifnya guna memotivasi orang di sekelilingnya. Menariknya, gerakan provokasi yang dilakukan Rene sanagt persuasif, terlebih melihat sosoknya yang  begitu “Fun”, terasa begitu lekat. Siapapun yang pernah melihat sosoknya, sulit sekali untuk menafikan hal ini.

Pemilik nama lengkap Rene Suhardono Canoneo ini mengawali karirnya dengan bekerja di sebuah bank swasta. Menjadi partner di Amrop Indonesia adalah loncatan berikutnya, sebuah perusahaan business advisors and executive search sejaktahun 1996. Namun gerakannya justru dimulai pada Januari 2007, ketika dirinya mengagas sebuah program yang menuai sukses di radio swasta berjudul Career Coach. Dari sana, tidak butuh lama lagi bagi Rene untuk semakin melebarkan gerakannya. Dimuali sejak tahun 2010 dengan menerbitkan buku yang berjudul Your Job is Not Your Career. Buku ini membuka pandangan banyak orang khususnya anak-anak muda untuk mendengarkan kata hati mereka. Buku tersebut adalah proyek penulisan perdananya dari beberapa buku lainnya yang terbit kemudian.

Dan gerakannya tidak hanya sebatas tulisan, Rene juga seorang entrepreneur yang mendirikan berbagai macam organisasi dan perusahaan yang berbasis wadah konsultasi, baik untuk mengoptimalkan diri maupun perusahaan. Diantaranya PT Indonesia Lebih Baik, yakni wadah konsultasi untuk membantu perusahaan dalam menciptakan kondisi terbaiknya dengan cara mengoptimalkan aset perusahaan, yaitu para pegawainya. Adapula Impact Factory yang mengenalkan paradigma seseorang untuk menjadi entrepreneur.

Perpindahan karir yang dialami Rene dari karyawan swasta menjadi Career Coach, adalah turning point yang sebenarnya bisa terjadi pada siapa saja. Hanya sebagian besar dari kita tidak menyadarinya. “Yang membuat seseorang beralih pekerjaan sebenarnya bukanlah situasi,”ujar Rene. Lalu apa lagi gerakan yang saat ini tengah dijalannya, dan seperti apakah pandanganya soal Indonesia hari ini? Kepada Arif Rahman editor majalah M&I, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini bercerita dengan lugasnya, bukan hanya soal passion, namun juga akan keputusannya untuk bersuara dalam bidang politik. Berikut petikannya!

Sulit untuk memisahkan anda dengan kata “Passion”, edukasi soal follow your passion saya nilai begitu berhasil saat ini, namun fakta dilapangan, kita melihat banyak anak-anak muda yang memutuskan berpindah karir kerja dalam bidang yang jauh berbeda dengan mudahnya, bagaimana anda melihat ini?

Seiring dengan perkembangan waktu, peran yang dimainkan seseorang dapat bertambah. Kita sering lihat, ada mahasiswa jurusan arkeologi yang kemudian berprofesi menjadi Koki, dan berbagai contoh lainnya yang sering kita jumpai sekarang. Apa yang mereka jalankan, tidak sesuai dengan bidang pendidikan yang mereka tempuh. Ini terjadi karena proses. Saya misalkan, bukan hanya menjalankan peran sebagai Career Coach. Di sisi lain, saya juga seorang bapak, konsultan dan pemilik usaha. Poin utamanya bukan seberapa banyak peran yang saya jalankan, melainkan seberapa paham kita akan peran-peran tersebut. Passion itu pada dasarnya bagaimana kita bisa memberdayakan diri.

Bukankah mencapai level master membutuhkan waktu dan latihan berkali-kali. Jika saja kita sadari awal fokus pada satu bidang, dan melatihnya berulang-ulang, maka peluang kita untuk kompetitif semakin besar?

Betul, itu sebabnya perubahan karir itu adalah bagian dari apa yang kita rasakan, menjadi Koki dengan latar belakang pendidikan ekonomi misalnya, bukan masalah besar selama peran itu bisa dimainkannya dengan baik, dan semakin baik. Namun untuk mencapai level master, kita memang harus berlatih berulang-ulang, dan ini adalah konsekuensi dari sebuah pilihan.

Lalu bagaimana kita bisa mengawali pilihan khususnya di usia sekolah, agar sesuai dengan keberhasilan yang bisa mereka capai?

Anak-anak muda hampir selalu mengharapkan jawaban akan kemana karir mereka seperti resep lengkap dengan hal-hal spesifik yang harus dikerjakan, namun tidak ada resep keberhasilan yang bisa secara universal dijalankan semua orang. Jika “resep” bisa selalu diaplikasikan maka semua restoran sukses, tidak ada orang miskin, tidak ada hutan gundul dan seterusnya.

Kenyataannya “how to” berbeda bagi setiap orang karena tidak ada dua orang yang sama walaupun mereka yang kembar sekalipun. Tidak ada resep universal untuk jadi kaya, bahagia dan sukses. Karena setiap orang selalu punya interpretasi berbeda atas apapun. Pertanyaan yang diawali “harus bagaimana?” hanya relevan jika sudah berani dan mampu bertanya “kenapa” dan meniadakan kata “harus”. Menariknya, pemahaman diri yang lebih baik justru berawal dari ketertarikan diri pada dunia sekitar kita. Sesederhana itu.

Belajar dan terus belajar?

Ketertarikan, kesukaan dan keingintahuan pada dunia luar dan sekitar adalah salah satu bentuk nyata proses tumbuh kembang diri. Tanpa ketertarikan terhadap langit dan bintang, mustahil Albert Einstein bisa memunculkan teori relativitas. Tanpa kesukaan terhadap musik dan kemanusiaan, tidak mungkin Bono bisa terus menghasilkan karya-karya dahsyat yang menggetarkan. Semua artis hebat, musisi kondang, inovator istimewa, negarawan kelas dunia dan pemimpin yang dicintai selalu diawali oleh minat nyata mereka akan dunia di sekeliling dan sekitar mereka. Keingintahuan bukan semata untuk kebaikan dunia, namun untuk mempertajam proses pemahaman diri.

Apakah passion sendiri seperti hobi yang kemudian menghasilkan uang?

Passion sedikit berbeda dengan hobi, passion bukanlah segala sesuatu yang kita kuasai, namun yang kita cintai. Passion adalah salah satu unsur karir. Karir haruslah melibatkan passion, tujuan hidup, values, ketercapaian dan kebahagiaan. Jadi pada saat kita bekerja sesuai dengan passion, maka kita berada di jalur untuk mencapai karir. Dan pertanyaan yang sering terlontar adalah bagaimana menemukan passion, ini yang gampang-gampang susah, karena sesungguhnya passion itu terdapat di dalam diri kita sendiri.

Baru setelah menemukan passion, kita bisa menentukan tujuan hidup. Semakin jelas, dan detail tujuan hidup yang ditetapkan, maka semakin besar kemungkinan terealisasinya tujuan tersebut.

Apakah konsep ini yang membedakan mana pekerjaan dan mana karir?

Pekerjaan itu pada dasarnya milik perusahaan, kalau karir milik kita sendiri, sebuah perjalanan. Seseorang bisa memiliki banyak pekerjaan dalam karir, dan bisa juga mengalami banyak pergantian profesi di dalamnya. Sedangkan karir itu memiliki pola yang tidak linear dan sulit ditebak. Karir itu dipengaruhi dari refleksi diri dan sudut pandang kita, kalau kita menganggap karir adalah gaji yang masuk ke dalam rekening kita tiap bulannya, jabatan, pangkat ataupun gelar akademis, maka itulah refleksi dari karir kita.

Saat ini, anda mendorong lahirnya banyak entrepreneur?

Menjadi entrepreuner itu sama seperti kita memilih alat. Analoginya, kita harus memilih cara, jadi bukan tujuan yang kita cari. Entrepreneur adalah alat yang mempunyai kontribusi pada orang lain, dan untuk itu, kita harus pahami dulu apa yang menjadi passion kita. Kemudian problem apa yang kita hendak diselesaikan, dan yang terakhir waktu untuk merealisasikannya.

Oleh banyak orang, Indonesia yang tengah memiliki bonus demografi dinilai sebagai salah satu keunggulan untuk menjadi bangsa yang besar, tapi di luar sana, dalam sejarah sejumlah negara pernah mendapatkan bonus demografi namun gagal berkembang, bagaimana anda melihat ini?

Gini, sekarang ini ada penelitian yang menyebutkan semestinya usia manusia itu 300 tahun, dan teknologinya pun saat ini sudah ada. Namanya Stem Cell, yang fungsinya sistem perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak demi kelangsungan hidup organisme. Saat sel terbelah, sel yang baru mempunyai potensi untuk tetap menjadi sel dari jenis lain dengan fungsi yang lebih khusus.

Misalnya sel otot, sel darah merah atau sel otak. Tujuannya adalah untuk memperbaiki sel-sel yang sudah rusak. Bayangkan saja sekarang, jika cara ini berhasil, dan usia rata-rata manusia kemudian menjadi 300 tahun, maka konsep-konsep demografi akan berubah drastis. Selain itu, yang kita lihat sekarang ini adalah masalah gap generasi. Generasi sekarang ini (Gen Y), sering di cap tidak tahan banting, banyak yang baru ditegur sekali saja langsung kehilangan semangat kerja. Ini beragam keluhan yang seringkali saya dengar dari para pemangku kepentingan dalam organisasi. Jika diperhatikan komentar ini sama sekali bukan didasari kebencian, namun ketidaktahuan. Komentar-komentar ini umumnya disuarakan oleh para manajer yang berusia 40an ke atas, ya kurang lebih seumuran saya. Bagaimana mau nyambung? Lha..wong masing-masing hidup, berbicara, berpikir dan bertindak dalam dunianya sendiri.

Gen Y, terutama yang lahir setelah 1990an hampir-hampir tidak pernah merasakan hidup tanpa Google, Facebook dan Twitter. Sebagian besar tidak lagi baca koran sehingga hampir pasti tidak mengikuti berita utama harian yang lazim jadi pembahasan generasi sebelumnya. Asupan informasi mereka berasal dari teman-teman atau idola mereka yang muncul di sosial media.

Pada satu sisi pergaulan mereka bisa jadi sangat luas, namun pada sisi lain juga sangat sempit. Bagi Gen Y, kebiasaan nonton TV bergeser jadi nonton Youtube yang jelas lebih instan dan menawarkan kemerdekaan memilih tontonan. Agenda, buku catatan dan pensil sudah usang, digantikan oleh piranti yang tidak mungkin bisa dipisahkan dari kehidupan, yakni smartphone.

Kehadiran Gen Y saat ini mendominasi sekitar 40% dari total angkatan kerja di Indonesia. Jumlah ini akan terus berkembang sejalan dengan model demografis penduduk Indonesia. Setelah Gen Y akan hadir pula Gen Z! Rancang bangun sebagian besar organisasi yang masih didasari pemikiran tahun 80-an dan 90-an tidak akan mungkin bisa mengakomodasi kebutuhan saat ini.  Tidak heran masih banyak perusahaan yang melarang penggunaan sosial media, mematok jam kerja kaku dan menetapkan kantor sebagai bilik kerja tanpa makna. Sehingga jangan bingung jika model perusahaan macam ini akan semakin ditinggalkan oleh tenaga kerja masa depan. Saya pernah melihat anak-anak muda generasi sekarang yang begitu inovatif, mereka menciptakan banyak hal hebat, kita harus percaya kepada mereka.

Wonderful, cara anda menyampaikan pemikiran seperti anis Baswedan, beberapa tahun yang lalu saya berkesempatan mewawancarai beliau Anis is my mentor. Dulu itu, saya sudah sanggup membeli mobil Eropa, dan bangga dengan itu. Satu kali, saya harus menjemput mas Anis dan menuju satu venue menggunakan mobil yang saya banggakan, dan saya ingat persis setiap kata yang mas Anis sampaikan waktu itu. Ketika kami melewati kawasan yang kumuh, mas Anis mengatakan “hanya terjarak tidak lebih 5 inchi lewat kaca mobil ini yang memisahkan kita dengan nasib mereka.” Nah, kata-kata itu langsung masuk di hati, bikin yang tadi perasaan punya mobil Eropa dengan bangganya, jadi tidak bangga sama sekali.

Pesannya kira-kira begini, bahwa orang-orang di sekitar kita, yang dekat dengan kehidupan kita, punya kehidupan yang jauh dari kita, dan jika kita tidak melakukan apa-apa, itu kebangetan. Akhirnya, tidak lama kemudian saya jual mobil Eropa itu dan beli mobil Jepang ^_^.

Anda aktif di Indonesia Mengajar saat ini?

Betul, itu program yang di cetuskan mas Anis, dan sekarang ketika beliau sudah menjadi Menteri, Saya dan rekan-rekan yang meneruskan. Bisa dibilang, saya menjalankan apa program-program yang mas Anis cetuskan dulu.

Anda menunjukkan sikap berpolitik yang cukup jelas, bahkan menjadi pioner sejumlah gerakan seperti #kamitidaktakut dan lainnya. Mengapa?

Membangun minat terhadap politik bukan berarti harus menjadi politisi, namun paling tidak bisa mengikuti dinamika politik yang terjadi untuk menentukan sikap sebagai warga negara keren. Dan ini harusnya menjadi sikap semua warga negara. Kita harus berani menyuarakan aspirasi, ini cara terbaik untuk berkontribusi terhadap perubahan yang kita inginkan.

Apa pesan-pesan yang ingin anda sampaikan pada generasi saat ini?

Generasi boleh beragam namun esensi karir tetap sama dan akan terus sama. Bahagia hakiki dan kontribusi bermakna. Stop hiring workers! Instead, hire believers.

Related News

Leave a Reply

© 2022 Aras Raya Foundation